Prita Hastari
4 min readFeb 1, 2023

Tentang Seseorang

Oleh: Prita Hastari

Sesungguhnya dia belajar untuk memperbaiki iman dan amal shalihnya serta untuk mengangkat kejahilan pada dirinya dan berusaha menolong orang lain dengan ilmunya dengan apa yang ia mampu lakukan.

Sesungguhnya dia hanya sekedar mencintai ilmu syar'i karena itu adalah penghibur hatinya dan ia tau bahwa hal itulah yang dapat membuat ia lebih dekat dengan RabbNya dan membuat ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Sesungguhnya dia menulis demi untuk menjaga kualitas hidupnya entah tulisan itu dapat menjadikan orang lain tergerak hatinya kemudian berbuah amal shalih atau tidak, namun yang terpenting dia sudah berusaha menjadi perantara kebaikan sesuai kapasitas dirinya.

Sesungguhnya saat dia berhati-hati dalam memilih pertemanan dan tidak mengiyakan keinginan banyak orang padahal banyak orang yang ingin membersamai dirinya, itu bukan berarti ia sedang menutup diri dan bukan berarti berubah menjadi jahat, bukan seperti itu, akan tetapi ia hanya sedang berusaha membangun personal boundaries (batasan diri) yang mana ia tau apabila dirinya tidak punya batasan dalam pergaulan maka akan ada banyak orang yang akan bertindak semena-mena dan melukai dirinya meski itu sefrekuensi dalam beragama.

Terkadang ada orang baik yang berubah menjadi jahat hanya karena telah berusaha menjadi baik dan hasilnya tetap dilukai banyak orang. Dia tidak sedang playing victim karena dia juga manusia biasa yang mempunyai perasaan. Ia sadar RabbNya menciptakan manusia dengan perasaan bukan menciptakan robot.

Dia hanya tidak ingin terjebak rasa putus asa, dia hanya tidak ingin berubah menjadi jahat kemudian memilih jalan keliru atau mundur ke belakang.

Daripada dia seperti itu maka pilihannya adalah dengan membangun personal boundaries (batasan diri) karena dia sadar apapun yang orang lakukan padanya, apapun yang orang pikirkan tentangnya, apapun yang orang bicarakan tentangnya maka dia tidak boleh berhenti menjadi baik.

Dia terus mendorong dirinya untuk tetap jadi baik meski orang mencelanya, meski orang berburuk sangka padanya, meski orang sulit menemukan udzur pada dirinya, meski orang kasak-kusuk dibelakangnya dengan membongkar aib serta kekurangannya, meski orang memfitnahnya dengan yang tidak ada padanya, meski orang banyak yang salah paham tentang dirinya

Dia yang diberikan nikmat keyakinan oleh RabbNya bahwa niat karena Allah adalah pondasi yang kuat dan akan lebih mengokohkan. Dia yang memiliki keyakinan bahwa niat itulah yang akan menggiring langkah-langkahnya pada kebaikan-kebaikan selanjutnya.

Dia hanya orang biasa yang hanya sekedar dititipi banyak hikmah dari RabbNya sehingga dia bisa banyak belajar dari hikmah yang ia terima meski datangnya dari berbagai penjuru.

Dengan melihat, menyimak, mendengar, merasakan, memahami adalah salah satu proses dari sekian banyak proses pembelajaran yang ia nikmati, juga untuk menyaring mana sebuah ketulusan dan mana sebuah ketidaktulusan.

Siapapun yang tidak tulus dalam belajar mencari ilmu maka ketidaktulusannya akan merusak niat juga tujuannya yang berujung kedzaliman pada diri siapapun.

Siapapun yang tidak tulus dalam ukhuwah/pertemanan/persahabatan, maka ia juga akan berpotensi merusak orang lain dan berujung kedzaliman pada orang lain.

Siapapun yang tidak tulus dalam berbagi maka itu akan membuatnya sia-sia dan jauh dari keberkahan juga tidak akan menyisakan apa-apa untuknya di akhirat.

Siapapun yang memiliki niat yang tidak baik kebanyakan justru akan mendzalimi diri siapapun bahkan bisa mendzalimi dirinya sendiri tanpa sadar, seperti bom waktu yang akan menghancurkan atau menggiring langkah-langkahnya pada keterpurukan.

Menjadi sederhana kemudian circle pertemanan menjadi sedikit, mengerti bahwa tidak semua orang yang membersamai itu tulus meski tidak pukul rata.

Ia hanya punya 1 sahabat dan dia merasa cukup dengan kehadiran 1 sahabatnya yang sama-sama profesional dalam ukhuwah. Sahabat yang tidak pernah dipublikasikan.

Baginya media sosial dewasa ini hanya sekedar tempat untuk meletakkan apa yang ia buat. Dirinya banyak berubah semenjak banyak dilukai orang-orang. Keinginannya hanya menjadi perantara kebaikan meskipun tidak diapresiasi, karena dia jenuh dengan banyaknya kepalsuan dan jenuh dengan banyaknya pujian yang berujung ketidaktulusan.

Dia tidak benci, hanya saja dirinya sedang membangun personal boundaries demi terjaganya sebuah kualitas hidup atau kualitas dirinya.

Yang salah paham biarlah salah paham, yang benci biarlah benci, tidak perlu mengotori tangan untuk membungkam mulut mereka atau membuktikan sesuatu, tidak perlu...!! Karena hati mereka tidak akan berubah meski kamu merubah cara pandang mereka dengan kesuksesan, kenapa? Karena hatinya terjangkit penyakit hati yang sulit mendeteksi nikmat dari RabbNya untuk dirinya sendiri.

Yang tetap menyukai biarkanlah siapapun tetap seperti itu, namun perlu diwaspadai mereka juga bisa berubah hatinya kapanpun.

Hanya tidak ingin pondasi roboh karena manusia..
Tetaplah berjalan menyusuri waktu dan proses kehidupan dengan niat yang baik karena Allah yang memiliki Surga bukan manusia, sebab Allah yang menawarkan kepastian hari itu akan datang, Allah yang menawarkan SurgaNya bagi hambaNya yang berusaha untuk taat padaNya. Maka jika berusaha untuk taat, engkau akan dicukupkan dan dibahagiakan oleh RabbMu.

Bayangkan, jika dibahagiakan oleh makhlukNya saja senang luar biasa apalagi dibahagiakan oleh yang mengerti segalanya tentang dirimu dan isi dunia ini? Tentu bahagianya berkali-kali lipat, bukan..!!

Al-Faqiiroh ilaa Mardhooti Robbihaa,
🌏 hastariputribadri.medium.com

Prita Hastari
Prita Hastari

Written by Prita Hastari

Hanya seorang pembelajar dan hamba Allah yang dititipi hikmah oleh RabbKu dan demi menjaga kualitas hidup juga umur kedua, Al-Faqiiroh ilaa Mardhooti Robbihaa

No responses yet